- Back to Home »
- LAPORAN PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN
Posted by : Unknown
Tuesday, 25 November 2014
LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN
PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN (MS
0, MS 0 + CM
dan MS 0 + BAP)
Oleh :
Enden Ismatuloh
A42121699
Prodi :
Teknologi
Produksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura
Jurusan:
Produksi
Pertanian
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perkembangan
kultur jaringan di Indonesia terasa sangat lambat, bahkan hampir dikatakan
jalan di tempat jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, tidaklah heran
jika impor bibit anggrek dalam bentuk ‘flask’ sempat membanjiri nursery-nursery
anggrek di negara kita. Selain kesenjangan teknologi di lini akademisi, lembaga
penelitian, publik dan pecinta anggrek, salah satu penyebab teknologi ini
menjadi sangat lambat perkembangannya adalah karena adanya persepsi bahwa
diperlukan investasi yang ’sangat mahal’ untuk membangun sebuah lab kultur
jaringan, dan hanya cocok atau ‘feasible’ untuk perusahaan.
Indonesia
memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, salah satunya adalah anggrek,
diperkirakan sekitar 5000 jenis anggrek spesies tersebar di hutan wilayah
Indonesia. Potensi ini sangat berharga bagi pengembang dan pecinta anggrek di
Indonesia, khususnya potensi genetis untuk menghasilkan anggrek silangan yang
memiliki nilai komersial tinggi.
Potensi
tersebut akan menjadi tidak berarti manakala penebangan hutan dan eksploitasi
besar-besaran terjadi hutan kita, belum lagi pencurian terang-terangan ataupun
“terselubung” dengan dalih kerjasama dan sumbangan penelitian baik oleh masyarakat
kita maupun orang asing.
. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan
jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari
garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan
tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon)
yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung
dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi
ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang
digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan
autoklaf (Suryowinoto, 1991).
Media
Murashige & Skoog (MS) merupakan perbaikan komposisi media Skoog, terutama
kebutuhan garam anorganik yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur
jaringan tembakau. Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3 dan 29 mM N
dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N total yang
terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau
Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan
sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsentrasinya
dinaikkan sedikit (Suryowinoto, 1991).
Sementara
itu hanya sebagian kecil pihak yang mampu melakukan pengembangan dan
pemanfaatan anggrek spesies, khususnya yang berkaitan dengan teknologi kultur
jaringan. Tidak dipungkiri bahwa metode terbaik hingga saat ini dalam
pelestarian dan perbanyakan anggrek adalah dengan kultur jaringan, karena
melalui kultur jarigan banyak hal yang bisa dilakukan dibandingkan dengan
metode konvensional.
Berdasarkan
uraian diatas maka perlu adanya pengetahuan tentang bagaimana proses pembuatan
media dan teknik mengkultur agar dapat menghasilkan tanaman yang baik.
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum ini agar kita dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan media
biakan yaitu Media MS (Murashige and Skoog) .
Kegunaan
dari praktikum pembuatan media kultur jaringan yaitu mengetahui tata cara
penyediaan bahan tanaman untuk kultur jaringan, mengetahui tata cara sterilisasi, serta pembuatan media
yang benar.
1.3 Tujuan
Tujuan
praktikum ini adalah mahasiswa memahami dan melakukan pembuatan media kultur
jaringan MS0
II.
METODOLOGI
2.1
Waktu dan Tempat
Kegiatan
praktikum pembuatan larutan stok dilakukan tanggal hari Rabu, Nopember 2014 , dimulai pukul 11.00 hingga selesai, di
Lab Kultur Jaringan Politeknik Negeri Jember.
2.2
Alat dan Bahan
Ø Alat:
1. Gelas standar(Erlenmeyer, gelas ukur,
gelas piala,polpipet)
2. Timbangan analitik
3. Alat tulis (pensil)
4. Kertas label
5. Kertas Tissue
6. Gunting
7. Pipet
8. Kompor gas
9. Panci
10. Pengaduk panci
11. Penuang
12. Botol media (80 botol)
13. pH meter
14. magnetic stirer plate
15. Auto Clave
Ø Bahan:
1) Larutan Stok A-H
2) Air
3) Aquadest
4) Agar (Swallow Globe Poweder 7 gr)
5) Gula pasir 30 gr
6) Air kelapa (CM)
7) BAP 1 M
8) HCL
2.3
Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan
praktikum
2. Memasukkan larutan stok
ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet. Satu pipet yang digunakan hanya untuk
satu jenis larutan yang diambil. Larutan yang memiliki
kepekatan 50x diambil
sebanyak 20 ml /liter, kepekatan 100
x sebanyak 10ml/ L sedangkan yang
memiliki kepekatan 200x diambil sebanyak 5 ml/liter.
3. Untuk MS 0 dengan perlakuan air kelapa (CM)
ditambahkan air kelapa 150/liter, sedangkan untuk MS + BAP ditambahkan BAP 1 M
sebanyak 2 ml/liter.
4. Memasukkan gula pasir
sebanyak 30
gr kedalam erlenmeyer, kemudian dilarutkan
dengan aquades hingga homogen sebanyak 100 ml.
5. Penambahan aquades hingga secara terukur
(800 ml), kemudian
aduk dengan menggunakan stiearer plate.
6. Kemudian ukur pH, Pengukuran pH awal
menunjukkan angka 4.8 dibawah nilai pH yang dikehendaki yaitu 5.8 . untuk
mengatasi hal ini ditambahkan larutan HCl.
7. Tambahkan agar sebanyak 7 gr
8. Penambahan aquades sedemikian sehingga
terbentuk larutan homogen sebanyak 1000 ml
9. Larutkan agar dengan melakukan pemanasan
dengan kompor, hal ini dilakukan hingga larutan tidak menggumpal.
10. Memasukkan larutan ke dalam botol media.
11. Larutan masing-masing sebanyak 1000 ml dibagi ke dalam 40 botol media, sehingga setiap botol
berisi 25 ml.
12. Tutup botol serapat mumgkin supaya botol terlindungi
13. Beri label, ditulis menggunakan
pensil agar tidak luntur sewaktu dilakukan sterilisasi dengan menggunakan
autoclave.
14. Pelabelan media.
15. Sterilisasi media menggunakan autoclave
(17.5 psi , 121oC, selama 30
menit)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil Pengamatan
Media MS 0
Tanggal
|
Botol Awal
|
Kontaminasi
|
Botol Steril
|
Sisa Botol
|
|
Jamur
|
Bakteri
|
||||
21 Nopember 2014
|
51
|
-
|
-
|
51
|
51
|
22 Nopember 2014
|
51
|
-
|
-
|
51
|
51
|
24 Nopember 2014
|
51
|
-
|
-
|
51
|
51
|
Media MS 0
+ air kelapa 150 ml/l
Tanggal
|
Botol Awal
|
Kontaminasi
|
Botol Steril
|
Sisa Botol
|
|
Jamur
|
Bakteri
|
||||
21 Nopember 2014
|
47
|
-
|
-
|
47
|
47
|
22 Nopember 2014
|
47
|
-
|
-
|
47
|
47
|
24 Nopember 2014
|
47
|
-
|
-
|
47
|
47
|
Media MS 0
+ BAP 2 ml/l
Tanggal
|
Botol Awal
|
Kontaminasi
|
Botol Steril
|
Sisa Botol
|
|
Jamur
|
Bakteri
|
||||
21 Nopember 2014
|
53
|
-
|
-
|
53
|
53
|
22 Nopember 2014
|
53
|
-
|
-
|
53
|
53
|
24 Nopember 2014
|
53
|
-
|
-
|
53
|
53
|
1.2
Pembahasan
Media
kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Media kultur merupakan
komponen faktor lingkungan yang menyediakan unsur pertumbuhan tanaman
seperti unsure hara makro, unsure hara mikro, karbohidrat, vitamin dan zat
pengatur tumbuh, param-garam organic, persenyawaan komplek alamiah, arang aktif
dan bahan pemadat. Pada parakikum ini media kultur yang dibuat yaitu dalam
bentuk padat dengan formulsi Murashige dan Skoog.
Pembuatan
media kultur dilakukan dengan cara memipet larutan stok yang sebelumnya sudah
dibuat dan disimpan di lemari pendingin. Larutan stok tersebut dipipet sesuai
dengan hasil pencarian melalui perhitungan
dengan menggunakan rumus pengenceran kemudian diencerkan (yang sebelumnya
terlebih dahulu telah dideretkan di atas meja secara berurutan mulai dari
larutan stok A-H) ke dalam gelas piala berukuran 1L. Pemipetan dilakukan secara
berurutan untuk menghindari terjadi reaksi kimia antar larutan yang dapat
menyebabkan penurunan atau degradasi maupun reaksi penggaraman yang akan
berakibat pada ketidaktersediaa unsur tumbuh untuk petumbuhan eksplan.
Konsentrasi larutan yang digunakan sesuai dengan konsentrasi pada formulasi
media MS. Larutan yang telah berada didalam beacker gelas kemudian diencerkan
dengan ditambah air sebanyak 1000 ml dulu dan sukrosa sebanyak 30 g. Gula berfungsi ganda di dalam media yaitu berfungsi sebagai sumber
energi, dan sebagai penyeimbang tekanan osmotik media. Kemudian dipanaskan
dengan menggunakan hot plate magnetic stearer. Hal tersebut dilakukan supaya
sukrosa cepat larut. Setelah sukrosa larut kemudian larutan tersebut baru
ditambahkan air sampai volumenya menjadi 1 L, pemanasan tetap terus dilakukan.
Kemudian kita mengukur pH larutan menggunakan pH meter. pH larutan yang
dianjurkan adalah 5,8. Apabila pH larutan di bawah 5,8 maka dilakukan
penambahan NaOH setetes demi setetes sampai pH naik sekitar 5.8. Apabila pH di
atas 5.8 maka
dilakukan penambahan KCl setetes demi setetes sampai pH turun pada kisaran
tersebut. Sel-sel tanaman membutuhkan pH yang sedikit asam berkisar antara
5.5-5.8. Sekalipun media sudah ditetapkan, seringkali setelah sterilisasi
pH-nya berubah.
Untuk
menghindarkan perubahan pH yang cukup besar Murashige dan Skoog menyarankan
agar dilakukan pemanasan untuk melarutkan agar-agar dan memanaskan
media didalam autoklaf selama beberapa menit, baru diadakan penetapan media
disterilkan dalam autoklaf. Dalam wadah yang besar, media disterlikan dan
kemudian dititrasi dengan NaOH/HCl steril sampai pH yang diinginkan. Setelah
itu media dituang ke dalam wadah kultur steril yang telah dipersiapkan di
dalam laminar air flow cabinet.
Pada
praktikum yang kami lakukan penambahan NaOH pada larutan sebab pH larutan berda
di bawah kisaran pH yang dianjurkan yaitu sebesar 5,6 karena bahan pembuat
medianya kebanyakan golongan asam. Kemudian dilakukan pengukuran pH dan
ditetapkan sampai 5.8. Pengaturan pH dilkukan untuk menjamin ketersediaan
unsure hara bagi eksplan di dalam botol kultur. Setelah ditambahkan NaOH pH
menjadi 5.8, maka setelah itu baru dimasukan agar. Karena pada praktikum ini,
media yang digunakan adalah media padat maka diperlukan bahan pemadat berupa
agar. Agar yang diberikan yaitu sebesar 7 gram dimasukkan kedalam larutan
penyusun media dan dipanaskan. Pengukuran pH tidak lagi dilakukan karena
apabila larutan media yang telah ditambahkan agar diukur pH-nya maka akan
merusak pH-meter. Konsentrasiagar yang terlalu tinggi dapat mengurangi
difusi persenyawaan dari dan ke arah eksplan sehingga pengambilan hara dan zat
tumbuh berkurang, sedangkan zat penghambat dari eksplan tetap berkumpul di
sekitar eksplan. Setelah mencapai titik didih yang ditandai dengan larutan
berwarna bening dan terdapat gelembung maka larutan dituangkan ke dalam
botol-botol kultur masing-masing sebanyak 40 buah sesuai dengan jumlah
dibutuhkan kemudian dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoclave selam 30
menit pada suhu 1210C dan pada tekanan 17,5 psi. Setelah itu botol-botol kultur diletakan
di dalam ruang kulur pada rak-rak yang telah tersedia.
Pada
pengamatan ke-1 dan ke-2 tidak terdapat botol yang terkena
kontaminasi. Pengamatan tersebut dilakukan pada 2 hari dan 3 hari dan 5 hari setelah
pembuatan. Hal ini menandakan bahwa pembuatan media tersebut berhasil 100 %.
Keberhasilan media yang dibuat tidak terlepas dari ketelitian dan kondisi yang
aseptic pada alat, proses dan pembuat media tersebut.
PENUTUP
Kesimpulan
·
Pembuatan
media adalah salah satu tahapan dari kultur jaringan
- Media yang banyak digunakan dan
media yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah media Murashige dan
Skoog (MS).
- Pembuatan media harus
memerhatikan pH yang terkandung dalam media, karena pH berpengaruh kepada
sifat media.
·
Dalam
media MS digunakan beberapa bahan yang mengandung hara makro, hara mikro, besi, vitamin, sukrosa dan
pemadat (agar-agar).
·
Pada media perlakuan MS cm, media MS
diatmabhakan dengan air kelapa sebanyak 150 ml/l
·
Pada media perlakuaan MS BAP, media
ditambahkan dengan BAP 1 M dengan konsentrasi 2 ml/l
·
Pengamatan dilakukan 3 kali yaitu pada 2,3 dan 5 hari setelah
pembuatan dan tidak ada media yang terkontaminasi
DAFTAR
PUSTAKA
diakses pada tanggal 25 Nopember 2014
diakses pada tanggal 25 Nopember
2014
Buku
BKPM Kultur Jaringan Tanaman, Diktat Mata Kuliah Kultur Jaringan
Politeknik Negeri Jember