- Back to Home »
- MAKALAH HIDROPONIK
Posted by : Unknown
Tuesday, 25 November 2014
TUGAS
MAKALAH
H I D R
O P O N I K
Oleh :
Enden Ismatuloh
A42121699
Prodi :
Teknologi Produksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura
Jurusan:
Produksi Pertanian
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bercocok tanam merupakan kegiatan yang sejak dahulu
telah dilakukan oleh nenek moyang kita. Kegiatan bercocok tanam lebih terkhusus
pada sektor pertanian yang dapat menunjang kebutuhan ekonomi masyarakat/petani.
Petani telah terbiasa melakukan sistem konvensional dalam bertani, yaitu dengan
mengolahan lahan terlebih dahulu, kemudian menunggu hujan turun adalah waktu
yang tepat untuk menanam. Tentu saja ini bukan lah kegiatan yang efektif jika
dibandingkan antara zaman dahulu dan zaman modern seperti saat ini.
Di Negara maju, kegiatan pertanian dapat dilakukan
dengan praktis, lebih terkontrol dan terjadwal. Sistem bercocok tanam yang
dikembangkan namun telah ada sejak dahulu yaitu sistem hidroponik. Hidroponik
merupakan cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah. Tanah yang sejatinya
merupakan tempat tumbuhnya tanaman dapat digantikan dengan media inert, seperti
pasir, arang sekam, rockwool, kapas, kerikil, dll. Di daerah dengan lahan yang
tidak produktif/margin, hidroponik menawarkan kegiatan pertanian yang dapat
dikembangkan dengan baik. Pertanian hidroponik mampu memberikan hasil produksi
dengan mutu yang tinggi yang dapat meningkatkan nilai jual tanaman tersebut. Dari
uraian di atas, maka perlu dilakukan penulisan makalah tentang hidroponik ini.
1.2
Tujuan
Penulisan
Tujuan dilakukannya penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa
mampu memahami deskripsi tentang hidroponik.
2. Mahasiswa
mampu memahami keunggulan dan kekurangan hidroponik.
3. Mahasiswa
mampu melakukan kegiatan hidroponik sendiri.
4. Mahasiwa
mampu mensosialisasikan tentang kegiatan hidroponik.
II. ISI DAN PEMBAHASAN
2.1 Sekilas tentang
hidroponik
Hidroponik
berasal dari kata Hydro (air) dan Ponics (pengerjaaan), sehingga hidroponik
bisa diartikan bercocok tanam dengan media tanam air. Pada awalnya orang mulai
menggunakan air sebagai media tanam mencontoh tanaman air seperti kangkung,
sehingga kita mengenal tanaman hias yang ditanam dalam vas bunga atau botol
berisi air. Sejarah hidroponik dimulai pada 3 abad yang lalu, pada tahun 1669
di Inggris sudah dilakukan pengujian tanaman hidroponik dalam laboratorium.
Kemajuan yang sangat berpengaruh terjadi pada tahun 1936, Dr. W.F. Gericke di
California (AS) berhasil menumbuhkan tomat setinggi 3 m dan berbuah lebat dalam
bak berisi air mineral. Pada tahun 1950 Jepang secara besar-besaran menyebarkan
cara bercocok tanam hidroponik untuk mensuplai sayuran bagi tentara pendudukan
Amerika Serikat. Dari sini hidroponik terus menyebar ke berbagai negara. Di
Indonesia hidroponik mulai dikembangkan pada sekitar tahun 1980.
Hidroponik
adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah.
Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air yang mengandung campuran
hara. Dalam praktiknya sekarang ini, hidroponik tidak terlepas dari penggunaan
media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai penopang pertumbuhan tanaman.
Menurut Raffar (1993), sistem hidroponik merupakan
cara produksi tanaman yang sangat efektif. Sistem ini dikembangkan berdasarkan
alasan bahwa jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi
maksimum untuk berproduksi dapat tercapai. Hal ini berhubungan dengan
pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di mana pertumbuhan perakaran tanaman
yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian atas yang sangat
tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan mengandung
komposisi garam-garam organik yang berimbang untuk menumbuhkan perakaran dengan
kondisi lingkungan perakaran yang ideal.
Hidroponik, menurut Savage (1985),
berdasarkan sistem irigasisnya dikelompokkan menjadi: (1) Sistem terbuka dimana
larutan hara tidak digunakan kembali, misalnya pada hidroponik dengan
penggunaan irigasi tetes drip irrigation atau trickle irrigation, (2)
Sistem tertutup, dimana larutan hara dimanfaatkan kembali dengan cara
resirkulasi. Sedangkan berdasarkan penggunaan media atau substrat dapat
dikelompokkan menjadi (1) Substrate Sistem dan (2) Bare Root Sistem.
1)
Substrate
Sistem
Substrate sistem atau sistem substrat adalah sistem hidroponik yang menggunakan
media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman. Sitem ini meliputi:
a. Sand Culture
Biasa juga disebut „Sandponics‟ adalah budidaya
tanaman dalam media pasir. Produksi budidaya tanaman tanpa tanah secara
komersial pertama kali dilakukan dengan menggunakan bedengan pasir yang
dipasang pipa irigasi tetes. Saat ini „Sand Culture’ dikembangan menjadi
teknologi yang lebih menarik, terutama di negara yang memiliki padang pasir.
Teknologi ini dibuat dengang membangun sistem drainase dilantai rumah kaca,
kemudian ditutup dengan pasir yang akhirnya menjadi media tanam yang permanen.
Selanjutnya tanaman ditanam langsung dipasir tanpa menggunakan wadah, dan
secara individual diberi irigasi tetes.
b. Gravel Culture
Gravel Culture adalah budidaya tanaman secara hidroponik
menggunakan gravel sebagai media pendukung sistem perakaran tanaman. Metode ini
sangat populer sebelum perang dunia ke 2. Kolam memanjang sebagai bedengan
diisi dengan batu gravel, secara periodik diisi dengan larutan hara yang dapat
digunakan kembali, atau menggunakan irigasi tetes. Tanaman ditanam di atas
gravel mendapatkan hara dari larutan yang diberikan. Walaupun saat ini sistem
ini masih digunakan, akan tetapi sudah mulai diganti dengan sistem yang lebih
murah dan lebih efisien.
c. Rockwool
Adalah nama komersial media
tanaman utama yang telah dikembangkan dalam sistem budidaya tanaman tanpa
tanah. Bahan ini besasal dari bahan batu Basalt yang bersifat Inert yang
dipanaskan sampai mencair, kemudian cairan tersebut di spin (diputar) seperti
membuat harum manis sehingga menjadi benang-benang yang kemudian dipadatkan
seperti kain "wool" yang terbuat dari "rock‟. Rockwool biasanya dibungkus
dengan plastik. Rockwool ini juga populer dalam sistem Bag culture sebagai
media tanam. Rockwool juga banyak dimanfaatkan untuk produksi bibit tanaman
sayuran dan dan tanaman hias.
d. Bag Culture
Bag culture adalah budidaya tanaman tanpa tanah menggunakan
kantong plastik (polybag) yang diisi dengan media tanam. Berbagai media tanam
dapat dipakai seperti : serbuk gergaji, kulit kayu, vermikulit, perlit, dan
arang sekam. Irigasi tetes biasanya diganakan dalam sistem ini. Sistem bag culture
ini disarankan digunakan bagi pemula dalam mempelajari teknologi hidroponik,
sebab sistem ini tidak beresiko tinggi dalam budidaya tanaman.
2)
Bare
Root Sistem
Bare Root sistem atau sistem
akar telanjang adalah sistem hidroponik yang tidak menggunakan media tanam
untuk membantu pertumbuhan tanaman, meskipun block rockwool biasanya dipakai
diawal pertanaman. Sitem ini meliputi:
a. Deep Flowing Sistem
Deep Flowing Sistem adalah
sistem hidroponik tanpa media, berupa kolam atau kontainer yang panjang dan
dangkal diisi dengan larutan hara dan diberi aerasi. Pada sistem ini tanaman
ditanam diatas panel tray (flat tray) yang terbuat dari bahan sterofoam
mengapung di atas kolam dan perakaran berkembang di dalam larutan hara.
b. Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST)
Teknologi Hidroponik Sistem Terapung adalah hasil modifikasi dari Deep
Flowing Sistem yang dikembangkan di Bagian Produksi Tanaman, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Perbedaan utama adalah
dalam THST tidak digunakan aerator, sehinga teknologi ini reltif lebih effisien
dalam penggunaan energi listrik. Pembahasan ditail dari THST disajikan dalam
sub bab Kultur Air.
c. Aeroponics
Aeroponics adalah sistem hidroponik tanpa media tanam, namun
menggunakan kabut larutan hara yang kaya oksigen dan disemprotkan pada zona
perakaran tanaman. Perakaran tanaman diletakkan menggantung di udara dalam
kondisi gelap, dan secara periodik disemprotkan larutan hara. Teknologi ini
memerlukan ketergantungan terhadap ketersediaan energi listrik yang lebih besar.
d. Nutrient Film Tecnics (NFT)
Nutrient Film technics adalah sistem hidroponik tanpa media tanam.
Tanaman ditanam dalam sikrulasi hara tipis pada talang-talang yang memanjang.
Persemaian biasanya dilakukan di atas blok rockwool yang dibungkus plastik.
Sistem NFT pertama kali diperkenalkan oleh peneliti bernama Dr. Allen Cooper.
Sirkulasi larutan hara diperlukan dalam teknologi ini dalam periode waktu
tertentu. Hal ini dapat memisahkan komponen lingkungan perakaran yang ‘aqueous’
dan ‘gaseous’ yang dapat meningkatkan serapan hara tanaman.
e. Mixed Sistem
Mixed sistem adalah teknologi hidroponik yang mennggabungkan aeroponics
dandeep flow technics.Bagian atas perakaran tanaman terbenam pada
kabut hara yang disemprotkan, sedangkan bagian bawah perakaran terendam dalam
larutan hara. Sistem inilebih aman dari pad aeroponics sebab bila terjadi
listrik padam tanaman masih bisa mendapatkan hara dari larutan hara di bawah
area
kabut.
2.2 Keungggulan
Sistem Hidroponik
Alasan memilih hidroponik tidak lain adalah karena
keutamaan yang dimilikinya dibandingkan dengan sistem konvensional. Beberapa
keuntungan dengan menerapkan sistem hidroponik adalah sebagai berikut:
·
Dapat dilakukan
pada lahan dengan tanah yang kurang bahkan tidak produktif sekalipun, karena
media tumbuh tanaman tidak menggunakan tanah.
·
Ramah lingkungan karena tidak
menggunakan pestisida yang merusak tanah.
·
Dapat menghemat pemakaian pupuk.
·
Tidak memerlukan banyak tenaga kerja.
·
Lebih hemat air karena tidak perlu menyiramkan air setiap
hari.
·
Tidak membutuhkan lahan yang banyak, media tanaman bisa
dibuat secara bertingkat.
·
Kebersihan lebih
mudah dijaga dan terhindar dari penyakit yang berasal dari tanah.
·
Budidaya tanaman
dapat dilakukan tanpa tergantung kepada musim.
·
Larutan nutrisi
tanaman dapat dipasok sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman.
·
Serangan hama
dan penyakit cenderung jarang dan lebih mudah dikendalikan.
·
Jika dilakukan
dengan benar dapat mengasilkan panen yang lebih berkualitas dengan kuantitas
yang lebih tinggi.
·
Dapat mengatur
waktu tanam dan jadwal panen sesuai dengan kebutuhan pasar atau permintaan
konsumen.
Selain
kelebihan-kelebihan yang diuraikan di atas, hidroponik juga memiliki beberapa
kekurangan diantaranya adalah:
·
Biaya awal yang
mahal.
·
Perlunya
keterampilan khusus agar hidroponik yang dilakukan berhasil, khususnya pada
pencampuran larutan nutrisi tanaman.
·
Perawatan yang
cukup mahal.
·
Menggunakan
terlalu banyak wadah tanam.
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat menjadi pertimbangan bagi kita apakah layak untuk
melakukan hidroponik sebagai alternatif bercocok tanam selain cara
konvensional. Hidropnik merupakan jawaban atas permasalahan lahan, baik
penyempitan lahan maupun permasalahan lahan-lahan marginal yang belum dikelola
dengan baik.
2.3 Prospek Sistem Hidroponik
Hidroponik menjawab permasalahan
terbatasnya lahan pertanian dan lahan yang kurang produktif. Dengan menerapkan
sistem hidroponik, bercocok tanam pada lahan yang tidak produktif pun dapat
dilakukan. Areal yang sempit pun bukan menjadi permasalahan karena hidroponik
dapat dilaksanakan di atas atap rumah sekalipun. Perbedaan mendasar antara
hidroponik dengan sistem tanam konvensional adalah tempat tanamnya, yang mana
hidroponik tidak ditanam di tanah melainkan menggunakan media inert, seperti:
arang sekam, serbuk kayu, kerikil, pasir, dll.
Hidroponik dilakukan dengan
menggunakan wadah tanam seperti: ember, polybag, gelas plastik dan untuk kasus
lain dapat menggunakan hidroponik kit yang ada di pasaran atau pun rakitan
sendiri. Sistem hidroponik sering diidentikkan dengan budidaya di dalam
greenhouse/rumah kaca. Dalam skala besar/komersial biasanya budidaya hidroponik
dilakukan di dalam greenhouse, hal ini bertujuan untuk memudahkan perawatan dan
pengontrolan iklim mikro di dalam greenhouse, serta melindungi dari terpaan
hujan/angin dan masuknya hama dari luar. Untuk
skala hobi/rumahan, tidak perlu membuat greenhouse untuk melakukan budidaya
hidroponik. Asal ada tempat yang cukup memadai, serta kebutuhan pertumbuhan
tanaman bisa tercukupi, sudah cukup untuk melakukan budidaya hidroponik sendiri
di rumah.
Salah satu hal yang menarik dari
hidroponik adalah, budidaya hidroponik dapat dilakukan di “semua” tempat.
Hidroponik dapat dilakukan di luar maupun di dalam rumah, termasuk di dalam
ruangan tertutup. Hal yang perlu dilakukan yaitu kita harus memenuhi semua
kebutuhan pertumbuhan tanaman. Dalam ruang tertutup, kebutuhan tanaman akan
cahaya dapat diganti menggunakan lampu LED khusus untuk budidaya hidroponik.
Jika
melakukan hidroponik, siklus hidup tanaman yang dibudidayakan lebih cepat. Hal
ini dikarenakan, nutrisi yang diberikan pada tanaman sudah sesuai dengan
kebutuhan tanaman secara optimal. Sehingga memanen tanaman dapat dilakukan lebih
cepat. Dengan hidroponik kita tidak perlu lagi mempermasalahkan musim, karena budidaya
hidroponik memungkinkan untuk budidaya tanaman apapun, sekalipun bukan pada
musimnya. Jadi kita dapat menanam tanaman favorit kita kapan saja (khusus untuk
budidaya dalam greenhouse).
Kelebihan
sistem hidroponik yang dapat dilakukan kapan saja tanpa mengenal musim, membuat
kita dapat mengatur waktu tanam dan panen sesuai keinginan kita, bahkan
kegiatan panen dapat dilakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan pasar akan
sayuran hidroponik. Sehingga dengan hidroponik dapat dilakukan panen sepanjang
tahun.
Faktor
terpenting yang harus dipenuhi dalam menunjang keberhasilan hidroponik adalah
perawatan, terutama pemberian air dan nutrisi tanaman. Dengan penjadwalan
irigasi yang baik akan dapat meningkatkan pula efisiensi penggunaan air
tanaman. Pemberian nutrisi yang teratur akan mencukupi kebutuhan hara tanaman
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan subur. Apanila faktor-faktor
tersebut dapat dipenuhi dengan baik, maka kegiatan hidroponik dapat berjalan
dengan baik dan panen sepanjang tahun yang diharapkan dapat diwujudkan.
Hidroponik
telah lama sekali dilakukan, terbukti dengan adanya taman gantung di Babylonia.
Istilah hidroponik sendiri lahir
sekitar tahun 1936, sebagai penghargaan yang diberikan kepada DR. WF. Gericke,
seorang agronomis dari Universitas California. DR. WF. Gericke melakukan
percobaan dan penelitian dengan menanam tomat di dalam bak yang berisi mineral
sehingga tomat tersebut mampu bertahan hidup dan dapat tumbuh sampai ketinggian
300 cm juga memiliki buah yang lebat. Penemuan besar ini telah menjadi tren di abad 20,
karena bercocok tanam dengan cara hidroponik dapat dilakukan oleh siapa saja,
termasuk ibu rumah tangga sekalipun yang gemar bertanam tanaman hias. Jadi
hidroponik secara tidak langsung dapat dilakukan karena hobi. Hidroponik karena
hobi dapat dilakukan di areal yang sempit sekalipun seperti pekarangan rumah
atau pun di dalam rumah. Biasanya tanaman yang dibudidayakan menyesuaikan hobi
orang yang melakukannya, seperti: tanaman hias.
Dalam skala besar hidroponik telah
banyak dilakukan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pasar. Hidroponik dalam
skala besar dilakukan oleh petani/pengusaha hidroponik di dalam greenhouse
dengan menggunakan komoditas yang memiliki nilai di pasaran. Sayuran dan buah-buahan yang hamper setiap
harinya dibutuhkan oleh masyarakat lah yang biasanya dikembangkan dalam usaha
hidroponik, seperti: sawi, selada, melon, bayam, tomat, pakcoy, paprika, dll.
2.3 Teknik Budidaya
Sisten Hidroponik
Secara umum budidaya tanaman secara hidroponik dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Persiapan lahan
Perbedaan
sistem hidroponik dan konvensional adalah media tanam yang digunakan hidroponik
yaitu bukan tanah, sehingga dalam tahap persiapan lahan tidak perlu adanya
pengolahan lahan. Yang dilakukan dalam kegiatan penyiapan lahan adalah
menyiapkan tempat kegiatan hidroponik dilakukan, seperti membuat hidroponik kit
dan juga greenhouse. Dalam skala kecil dapat dilakukan di pekarangan rumah
saja.
2. Persiapan wadah
Selanjutnya
yang perlu dilakukan adalah menyiapkan wadah tanam. Wadah tanam hidroponik
dapat menggunakan kantung plastik/polybag, gelas plastik, ember, dll. Wadah
tanam berfungsi sebagai tempat memasukkan media tanam yang digunakan sebagai
tempat tumbuhnya tanaman.
- Menyiapkan media tanam
Media tanam yang digunakan dalam hidroponik beragam,
mulai dari limbah pertanian sampai bahan pabrikan. Media tanam berfungsi
sebagai pengganti tanah pada sistem konvensional. Media tanam yang digunakan
adalah bahan yang memiliki kriteria sebagai berikut: mampu menyediakan dan
menyimpan unsur hara, sehingga kebutuhan air dan nutrisi tanaman dapat
dipenuhi, mampu menjaga kelembaban dan mempunyai drainase yang baik. Jenis
media tanam yang biasa digunakan adalah: arang sekam, serbuk kayu, kerikil,
batu-bata, kapas, rockwool, pasir, dll.
- Penyemaian
Penyemaian dilakukan setelah semua persiapan awal
dilakukan, sehingga setelah penyemaian berakhir proses penanaman dapat langsung
dilakukan. Penyemaian
- Penanaman bibit
Setelah
pekerjaan pengolahan tanah dan penyemaian bibit dilakukan, maka langkah
selanjutnya yang harus dilakukan adalah penanaman bibit. Penanaman bibit akan
dilakukan pada wadah tanam yang sudah di beri lubang-lubang tanam. Penanaman
bibit dilakukan setelah bibit dianggap cukup kuat untuk dipindahkan ke tempat
penanaman. Dalam pemindahan bibit ke tempat penanaman, akar tanaman di usahakan
tidak rusak. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan pada akar yang masih
muda. Hal yang perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut adalah bibit
harus dicabut atau diikuti sertakan dengan media tanamnya
Penanaman
bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari yaitu pada waktu sinar matahari tidak
lagi begitu menyengat. Setelah selesai penanaman bibit, lahan sebaiknya
disiram dengan air secukupnya. Biasanya bibit yang baru saja di tanam akan
memperlihatkan layu sementara, hal ini akan berlansung selama 2 atau 3 hari.
Tetapi hal ini merupakan hal yang biasanya terjadi dan hal ini tidak akan
membahayakan pertumbuhan tanaman. Kecuali, jika bibit layu karena faktor
kerusakan akar atau batangnya.
- Pemberian larutan nutrisi
Nutrisi atau unsur hara merupakan salah satu factor
penting yang menunjang keberhasilan suatu sistem hidroponik yang dilakukan.
Adapun unsur hara bagi tanaman dikelompokkan menjadi unsur hara makro dan unsur
hara mikro. Unsur makro merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
besar dan mutlak harus ada. Sejumlah unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman
adalah N, P, K, Mg dan S. Sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit. Sejumlah unsur hara mikro yang
dibutuhkan tanaman adalah Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl. Kedua jenis unsur
tersebut saling mendukung dan dibutuhkan oleh tanaman. Ketika salah satu unsur
tidak ada, makan unsur yang dibutuhkan tanaman menjadi tidak lengkap.
Keuntungan sistem hidroponik adalah pemberian
larutan nutrisi tanaman dapat dilakukan secara bersamaan dengan irigasi. Karena
pada umumnya larutan yang ada di pasaran dalam penggunaanya telah dirancang
agar diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pencampuran larutan nutrisi
ini memerlukan keterampilan khusus agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
- Pemeliharaan
Hidroponik
memerlukan perawatan yang cermat. Beberapa langkah pemeliharaan tanaman
hidroponik adalah sebagai berikut:
a. Penyiraman
penyiraman air dan
larutan nutrisi dilakukan 5-8 kali setiap hari. Penyiraman biasa dilakukan
dengan menggunakan timer, sehingga tidak memerlukan tenaga ekstra dalam
pengerjaannya.
b. Pengikatan atau pengajiran
Tanaman yang telah
berumur 1 minggu perlu diberi ajir. Ajir berguna sebagai rambatan atau pegangan
agar tanaman dapat tumbuh tegak.Asa
c. Pemilihan batang produksi
Pada tanaman
misalnya cabai atau paprika, dipilih satu atau dua cabang produksi dan
dibiarkan tumbuh sebagai batang utama.
d. Pemangkasan
Daun-daun yang
terdapat di antara ketiak daun dibuang setiap dua hari. Bila menanam timun,
sulur-sulur yang tumbuh di bagian atas tanaman timun dipotong sekitar 2 cm dari
titik tumbuh.
e. Pemberantasan hama
Tanaman yang
diserang hama, misalnya kutu daun dan ulat buah, disemprotkan dengan
insektisida. Sesuai dosis yang diperlukan.
f. Pemanenan
Pemanenan dilakukan
dengan menggunakan gunting, cutter atau pemotong tajam lainnya. Pemanen
dilakukan dengan memotong dan mengikutsertakan sebagian tangkai yang menempel
pada kepala buah. Hal ini dilakukan karena media tanam yang digunakan bukan lah
tanah, sehingga perlu berhati-hati agar kekuatan ikatan antara akar tanaman dan
batang tanaman terhadap media tanam tetap stabil.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
penjelasan tentang makalah hidroponik di atas dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
·
Hidroponik telah lama
dilakukan, namun secara modern hidroponik pertama kali dikenalkan oleh DR. WF.
Gericke, seorang agronomis dari Universitas California pada tahun 1936.
·
Hidroponik merupakan cara
becocok tanam yang menggunakan media inert sebagai media tanamnya (pengganti
tanah).
·
Hidroponik memiliki
berbagai keunggulan diantaranya dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan
oleh siapa saja. Sebaliknya hidroponik juga memiliki berbagai kelemahan
diantaranya biaya awal yang cukup mahal.
·
Hidroponik dapat dilakukan
sepanjang tahun, dengan jadwal tanam dan panen yang terjadwal pula.
·
Tahapan-tahapan bercocok
tanam hidroponik harus dilakukan dengan cermat, agar hasil panen yang terbaik
dapat diperoleh.
3.2 Saran
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi Hidroponik yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan
yang terjadi di dalam penulisan makalah ini, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan/referensi yang dimiliki. Untuk itu penulis berharap agar para
pembaca memberikan kritik dan sarannya yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini dan juga penulisan makalah-makalah selanjutnya yang
berhubungan dengan makalah hidroponik ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2009. Mengenal Hidroponik. Diakses di http://ficusbenyamina.blogspot.
com/2009/09/mengenal-hidroponik.html pada tanggal 25 Nopember 2014.
Anonim. 2012. Kelebihan dan
Kekurangan Hidroponik. Diakses di http://apandi2.blogspot.com/2012/05/kelebihan-dan-kelemahan-hidroponik.html
pada tanggal 25 Nopember 2014.
Anonim. 2012. Berbagai Keunggulan
Hidroponik. Diakses di
shyro-group.blogspot.com/2012/06/berbagai-keunggulan-hidroponik.html pada tanggal 25 Nopember 2014.
D., Anas Susila. 2013. Bahan Ajar Mata Kuliah Dasar-Dasar
Hortikultura. Bogor: IPB Press.